Selasa, 26 Januari 2010

Melatih Kemampuan Berbicara Di Depan Publik

Banyak orang merasa kesulitan jika harus berbicara di depan publik. Ada yang merasa tegang, ada pula yang kurang pede. Tak jarang seseorang berusaha menghindari jika harus tampil dan berbicara di depan publik. Sebegitu sulitkah berbicara di depan umum atau apakah keterampilan tersebut bisa dilatih?

Sedikit cerita pribadi, saya dulunya adalah orang yang sangat malu dan gugup jika harus berbicara di depan publik. Tak jarang saya lupa apa yang harus dikatakan. Namun setelah melatih diri dengan cara-cara sederhana dalam keseharian, sekarang saya merasa mantap jika harus berbicara di depan publik, bahkan jika harus diminta secara mendadak atau impromptu. Apa rahasianya?

Berikut beberapa tips untuk melatih kemampuan berbicara di depan publik yang sebagian merupakan pengalaman pribadi saya:

1. Manfaatkan kesempatan berbicara di mana saja

Keterampilan berbicara di depan publik sangat tergantung jam terbang. Semakin sering dipraktekkan, akan semakin dikuasai dan lebih nyaman dilakukan. Karena itu, jangan sia-siakan tiap kali Anda memiliki kesempatan berbicara. Apakah diminta memberikan sambutan, memberi komentar, pidato singkat dan lain-lain. Gunakan kesempatan tersebut dan latih kemampuan Anda. Tidak peduli apakah Anda menjadi gugup atau berkeringat. Abaikanlah semua ketakutan dan kekhawatiran. Dalam proses tersebut memang diperlukan situasi ketegangan sampai Anda bisa menyelesaikannya dengan cara menjalani segala kekhawatiran tersebut.

2. Gunakan pertanyaan

Salah satu cara yang saya gunakan adalah memaksakan diri untuk membuat minimal 1 pertanyaan setiap kali saya berada di sebuah forum. Apakah forum itu sebuah training, workshop, meeting atau sekedar diskusi santai, manfaatkanlah dan gunakan untuk mengajukan pertanyaan. Ini melatih keberanian sekaligus kemampuan merangkai kata untuk menciptakan pertanyaan yang baik dan berkualitas. Mungkin pada awalnya Anda berpikir saya tidak punya hal yang ingin ditanyakan. Maka paksakanlah dan Anda akan terbiasa untuk menjadi orang yang aktif dalam setiap forum tanpa harus menjadi dominan. Ingat, tidak ada pertanyaan yang bodoh, jadi jangan pernah malu untuk bertanya.

3. Refleksi dan Resitasi

Setiap kali Anda selesai mengerjakan suatu hal, coba refleksikan dengan berbicara sendiri kepada diri Anda sendiri. Dengan cara ini Anda mencoba menerjemahkan apa-apa yang ada dalam pikiran menjadi kata-kata yang harus dikomunikasikan. Proses ini juga mirip dengan melakukan resitasi atau proses pengulangan setelah Anda selesai membaca sebuah buku. Coba ceritakan kepada diri Anda sendiri apa isi buku tersebut. Anda akan melatih kemampuan berbahasa lisan.

4. Latih Vokal

Melatih vokal dapat dilakukan ketika Anda sedang sendiri dalam ruangan, di depan kaca, atau bahkan di kamar mandi. Ucapkan kata-kata seolah-olah Anda sedang berbicara di depan orang banyak. Bayangkan ada banyak mata yang memperhatikan Anda. Rasakan kekuatan dari vokal Anda, intonasi yang digunakan, cepat lambatnya suatu kata diucapkan dan seterusnya. Melatih vokal di sini mirip seperti orang berlatih bernyanyi. Anda melatih membunyikan kata dengan benar, dengan intonasi suara yang tepat dan dengan volume yang jelas di dengar tanpa harus terkesan berteriak.

5. Biasakan berbahasa yang baik dan benar

Dalam berbicara, ada kalanya kita memakai bahasa slang atau bahasa pergaulan yang akrab. Ini merupakan hal yang biasa dilakukan jika berbicara dengan teman akrab. Namun saya juga menyarankan agar Anda membiasakan berbahasa yang baik dan benar, terutama ketika berbicara dengan orang lain. Dengan membiasakan berbahasa yang baik dan benar, secara natural Anda akan menjadi pembicara alami yang tutur katanya teratur, pilihan kalimatnya pas, alur bicaranya terstruktur dan mudah dimengerti. Dengan demikian, setiap ada kesempatan apapun untuk berbicara di depan umum, secara otomatis Anda dengan mudah dapat melakukannya tanpa harus melakukan persiapan yang banyak.

Demikian beberapa tips sederhana yang dapat membantu Anda melatih kemampuan berbicara di depan umum. Ingat, practice makes perfect. Kemampuan berbicara di depan publik tidak dimiliki secara tiba-tiba. Anda harus melatihnya, mempraktekkannya, dan terus mengasahnya sampai akhirnya secara alami menjadi pembicara publik yang baik. Selamat mencoba.

Anda punya tips lainnya atau pengalaman menarik tentang hal ini? Silakan berbagi bersama pembaca lain di kolom komentar.

Faktor Sukses Pendukung Berbicara di Depan Publik


1. Penggunaan humor

Kemampuan membuat humor akan sangat membantu anda untuk merebut hati audiense dan keluar dari krisis. Seorang pembicara, kecuali pelawak, tidak diharapkan untuk membuat audiensenya tertawa terpingkal-pingkal sebagaimana halnya mereka menyaksikan badut. Namun demikian, kemampuan anda untuk membuat mereka tersenyum kemudian memberikan applause meriah kepada anda akan sangat membantu untuk mengurangi ketegangan dan kebosanan diantara mereka.

Tidak semua orang mampu menyampaikan cerita atau anekdot lucu. Sebelum memulai biasanya mereka sudah dihinggapi kekhawatiran apa yang mereka sampaikan tidak akan menciptakan kelucuan yang akhirnya malah membuat mereka kelihatan konyol. Kalau anda tidak bisa jangan lakukan! Tapi apabila anda mempunyai kemampuan untuk itu, ada beberapa tips yang
perlu anda perhatikan :

•Carilah waktu yang tepat kapan anda harus menyampaikannya
•Buatlah joke yang relevant dengan topik yang anda bawakan
•Jangan berlebihan
•Jauhi kesan anda sebagai pelawak atau badut
•Berhati-hatilah terhadap target humor anda. Hindari humor yang mengarah ke SARA atau humor sex yang vulgar, menjijikan serta yang menyerang pribadi dari salah satu audiense anda
•Usahakan subjek dari joke anda adalah anda atau dari keluarga anda sendiri
•Personifikasikan joke-joke anda seolah-olah kejadian itu memang pernah anda terjadi di diri anda atau keluarga anda
•Jangan lakukan apabila anda kurang yakin dengan kemampuan anda

Humor yang dihindari :
•Berselera rendah
•Menyerang seseorang atau golongan
•Tidak relevan

Mempraktekan humor adalah satu-satunya hal yang tidak bisa anda latih sendiri. Penyampaian humor memerlukan audiense sebagai parameter keberhasilan.

2.Bahasa tubuh

Metode komunikasi manusia tidak semata bergantung kepada kata-kata yang diucapkan. Gerakan fisik seseorang dapat menggambarkan apa yang sedang ia pikirkan dan rasakan, siapa dirinya dan dari lingkungan mana ia berasal. Gerakan tubuh ini disebut bahasa tubuh.

Dalam konteks anda sebagai pembicara, penggunaan bahasa tubuh yang baik dan benar dapat mempermudah tugas anda untuk memberikan pengertian terhadap apa yang hendak anda sampaikan. Dalam beberapa kasus, bahasa tubuh ternyata lebih komprehensif dibanding kata-kata.

Bahasa tubuh dalam konteks pembicara terdiri dari :
•Pakaian
•Gerakan tubuh/postur
•Kontak mata
•Gerakan tangan
•Ekspresi muka

2a.Pakaian
Ketika anda pertama kali muncul dalam pandangan seseorang, ia akan langsung membuat penilaian terhadap diri anda. Dengan cepat mereka akan menyimpulkan siapa dan darimana anda. Hal yang sama juga terjadi ketika anda pertama kali muncul di depan audiense. Cara berpakaian anda akan menunjukkan apakah anda satu dari mereka atau dari kelompok lain. Penyimpulan seperti ini dalam bahasa Inggris disebuit “Tribal Recognition” (pengakuan kesukuan), dan ini lumrah terjadi dimana-mana. Seseorang yang dianggap dari suku mereka akan diterima lebih mudah dibanding yang bukan. Sikap mereka akal lebih terbuka karena dianggapia mengetahui aspirasi, keinginan dan style mereka.

Kalau kita ibaratkan suku yang anda hadapi adalah audiense anda hadapi, anda harus berusaha untuk dapat dianggap satu dari mereka. Dengan mendapatkan pengakuan. Kans anda untuk didengar dan dianggap lebih besar.

Berpakaian pada saat berbicara didepan publik tidak selalu harus wah atau glamour. Berpakaianlah dengan menarik. Hindari perhiasan yang menegaskan anda bukan dari kelompok mereka. Hindari juga perhiasan yang berlebihan yang mengganggu konsentrasi mereka untuk mendengarkan pembicaraan anda. Perhatikan detil-detil kecil seperti sepatu yang mengkilap, kancing jas dan kemeja, stocking dsb. Ingat, karena anda berdiri didepan setiap bagian ditubuh anda terlihat oleh mereka.

Berpakaianlah sesuai dengan jenis audiense dan acara dimana anda tampil. Jangan berpakaian berlebihan sehingga audiense bukannya memperhatikan apa yang anda katakan tapi apa yang anda kenakan.

2b.Gerakan Tubuh
Elemen kedua yang akan diperhatikan audiense adalah postur tubuh dan bagaimana anda menggerakkannya. Ketika berada diatas panggung, postur dan gerakan tubuh anda memberikan gambaran tentang sikap/ perasaan anda terhapap forum yang anda hadapi. Kepala yang selalu menunduk dan melihat keatas menunjukkan anda yang tidak percaya diri. Kepala yang menghadap ke depan menandakan keyakinan yang penuh.

Pada saat muncul untuk pertama kali, perhatikan cara berjalan anda. Pastikan kedua kaki anda lurus pada waktu melangkah. Jangan berlenggang dan jangan pula terlalu tegap. Berjalanlah dengan tenang namun penuh kewaspadaan. Tegakkan kepala anda, pandanglah audiense anda dengan mata yang anthusias dan senyum. Ketika anda berbicara, pastikan tubuh anda mempunyai ruang yang cukup bernapas.

Banyak gerakan yang anda lakukan ketiuka sedang berbicara misalnya memasukkan tangan ke saku celana. Gerakan ini akan menimbulkan kesan kasual, dan berarti tidak cocok dengan forum formal. Anda juga bisa berjalan atau melakukan gerakan-gerakan bebas namun tetap terkontrol.
Lakukan gerakan-gerakan yang perlu saja. Usahakan setiap gerakan andabermakna. Gerakan-gerakan yang baik dan sesuai akan membuat pembicaraan anda lebih hidup.

2c.Kontak Mata
Kontak mata dengan audiense adalah faktor penting yang membuat acara berlangsung dua arah. Melibatkan audiense dalam acara dimana anda tampil akan membuat acara lebih hidup, terjadi interaksi dan andasendiri merasa mempunyai teman sehingga bisa mengurangi kegugupan.

Kemampuan menciptakan kontak mata dengan audiense pada saat berbicara adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh seseorang pembicara. Begitu banyak kita lihat pembicara yang terus berbicara tanpa melihat audiense yang ada di hadapannya. Komunikasi yang terjalin satu arah akan membuat penampilan anda kurang hidup dan cepat menimbulkan kebosanan.

Banyak yang tidak menyadari kontak mata dengan audiense adalah kontrol penampilan ketika diatas panggung. Dari lima panca indra yang dimiliki manusia, hanya matalah yang tak pandai berdusta. Dari mata audiense anda,anda akan segera mengetahui apakah ia menikmati pembicaraan anda atau sebaliknya.

Kontak mata adalah alat kontrol yang ampuh untuk mengetahui apakah anda pembicara yang membosankan atau menyenangkan.

2d.Gerakan Tangan
Sebagaimana gerakan tubuh/ postur, gerakan tangan juga dapat membantu anda memberikan pengertian yang lebih jelas terhadap apa yang ingin anda ungkapkan. Gerakan tangan juga dapat menunjukkan anthusiasime anda terhadap acara dan audiense yang dihadapi.

Agar supaya gerakan tangan tidak berlebihan, anda dapat mempelajari bagaimana orang disekitar anda berbicara sambil menggerakkan tangan. Dari percakapan sehari-hari ini ada dapat mengetahui cara berbicara dengan gerakan tangan yang wajar.

Banyak orang yang mempunyai kebiasaan yang buruk dengan tangan apabila sedang menjadi perhatian. Menggaruk-garukkan tangan atau kepala. Memegang-megang cincin di jari, memegang hidung dan jenggot adalah sebagian dari kebiasaan-kebiasaan buruk tersebut. Kalau anda merasa mempunyai kebiasaan buruk ini, anda tidak perlu khawatir. Anda bisa menghilangkannnya dengan latihan. Ajak seseorang untuk menemani anda pada saat latihan. Minta ia berteriak apabila anda melakukan kebiasaan buruk tersebut. Lakukan berulang-ulang.

Hindari membuat gerakan yang tidak perlu. Apabila gerakan tangan anda terlalu banyak, cobalah berbicara dengan tanpa gerakan sama sekali. Apabila masih banyak juga, siapkan cue card (lembar catatan) dan peganglah. Gerakan tangan biasanya tidak kita sadari dan lahir karena rasa gugup kita.

Hindari gerakan-gerakan yang tidak perlu. Usahakan setiap gerakantangan anda mempunyai makna.

2e.Ekspresi Wajah
Ekspresi wajah yang paling mudah dilakukan adalah senyum. Senyum yang tulus dan tidak berlebihan akan membuat anda terlihat ramah dan senang berada diantara audiense anda. Senyum dapat pula menciptakan suasana rileks dan bersahabat diantara audiense anda.

Senyum yang baik adalah senyum yang wajar dan dikeluarkan pada saat yang tepat. Tersenyum dan tertawa adalah dua hal yang berbeda.

3.Kontrol Suara

Faktor pendukung penting lainnya yang membuat pembicaraan anda menarik adalah Suara. Penyampaian vokal yang baik didapatkan apabila anda menguasai tiga hal penting yang lazim disebut sebagai kontrol suara seperti dibawah ini :
1.Pernapasan
2.Volume
3.Ekspresi

3a.Pernapasan
Bunyi yang dihasilkan oleh manusia yang disebut suara berasal dari getaran udara pada tali vokal yang terletak ditenggorokan. Seperti halnya alat musik yang berbunyi karena angin, tekanan angin yang lewat pada pita akan mempengaruhi keras lemahnya bunyi yang dihasilkan.
Untuk berbicara di depan publik, doperlukan ruang suara yang solid agar dapat menyampaikan kalimat yang panjang dari biasanya pada volume yang benar.

Otot paling penting dalam pernapasan bernama Diafragma yang berada disebelah rusuk. Pengontrolan yang sempurna terhadap diafragma akan membuat anda mampu mengatur ruang udara yang diperlukan untuk mengeluarkan suara. Posisi yang baik mengontrol pernapasan adalah berdiri tegak untuk memberikan ruang yang lebih kepada paru-paru.

Ada beberapa cara yang terbukti ampuh dalam meningkatkan kemampuan pengontrolan diafragma. Ada baiknya kalau anda lakukan hal dibawah ini :
•Berdiri tegak dengan kaki tidak terlalu rapat. Tangan bergantung
biasa dan rileks
•Ambil napas yang dalam melalui hidung dan hitung sampai empat.
Rasakan bagaiamna mekarnya ruang dada anda. Jangan angkat bahu karena
mengurangi ruang di dada
•Tahan napas di paru-paru dalam hitungan keempat, kemudia biarkan
udara keluar dari mulut
•Jangan makan terlalu banyak sebelum anda bicara. Makanan akan
mempersempit ruang paru-paru

3b.Volume
Banyak yang berpendapat agar supaya didengar kita harus berbicara keras. Ketahuilah keberhasilan dalam berbicara tidak selalu ditentukan oleh kerasnya suara. Jika anda khawatir anda tidak didengar karena ruangan yang terlalu besar atau audiense yang terlalu banyak, gunakan pengeras suara. Berbicara keras-keras bukanlah solusi yang baik.

Volume suara ketika anda berbicara di depan publik hanya sedikti lebih keras dari volume anda dalam percakapan sehari-hari. Berbicara dengan volume yang keras diperlukan pada moment-moment tertentu saja. Selebihnya berbicara keras hanya akan merusak tenggorokan dan membuat audiense anda stress,

Bukalah mulut sedikit lebih besar dari biasanya. Jangan berkerut, sisakan ruang yang cukup di dada sehingga suara anda bebas keluar. Keluarkan suara sedikit lebih besar dari biasanya, anda akanmerasakanseolah-olah anda melakukan percakapan biasa namun bisa didengar orang
banyak.

3c.Ekspresi
Ekspresi adalah faktor penting dalam pengolahan suara. Suara yang baik tidak akan berarti banyak tanpa disertai ekspresi tepat. Ekspresi terdiri dari tiga komponen penting; Pitch (tinggi rendah suara), Pace (kecepatan berbicara) dan Phrasing (pemenggalan kalimat).

Pitch
Orang muda cnederung berbicara dengan nada suara lebih tinggi daripada orang tua. Bagi orang muda, kecenderungan menggunakan nada tinggi biasanya dikarenakan faktor emosi. Sementara orang tua karenakematangannya lebih bisa mengatur tinggi rendahnya suara.

Setiap orang mempunyai pitch yang berbeda-beda dan pada situasi apa ia sedang berada. Dalam konteks berbicara di depan publik banyak, suara tinggi salah satunya biasanya disebabklan oleh rasa gugup yang tidak bisa dikontrol.

Seseorang yang terlahir dengan pitch yang tinggi. Apabila ia ingin menjadi pembicara publik yang baik, latihan dengan instruktur khusus mutlak diperlukan.

Pace
Jangan terlalu cepat. Itulah kunci berbicara di depan publik. Berikan waktu kepada audiense untuk mendengar dan menelaah kata-kata anda. Berikan juga waktu untuk anda sendiri untuk memikirkan apa yang akan diucapkan berikutnya. Tempo cepat terkadang diperlukan terutama untuk menunjukan anda energik. Tempo lambat juga diperlukan khususnya pada topik-topikm yang anda anggap penting. Berhenti sejenak sebelum dan sesudah menyampaikan statement yang pwnting dan panjang, ambil nafas dan sesekali melihat kearah audiense anda. Seseorang pembicara yang baik sangant mahir dalam memainkan tempo yang membuat pembicaraanya
menarik dan penuh kejutan.

Phrasing
Nafas setiap orang berbeda-beda, ada yang sanggup menyampaikan tiga kalimat dalam satu nafas. Ada pula yang setiap kalimat harus mengambil nafas. Terlepas anda mempunyai nafas panjang atau pendek, pemenggalan kalimat penting untuk diperhatikan. Arti sebuah kalimat akan berbeda jauh dari maksud sebenarnya apabila anda salah memenggal.

Selamat berlatih

MENGATASI GROGI SAAT BICARA DI DEPAN PUBLIK

Seorang pecinta tulisan saya di sebuah rubrik koran lokal melontarkan

pertanyaan bagaimana mengatasi grogi pada saat bicara di depan umum

(publik)? Meski ia sudah mempersiapkannya sebaik mungkin tetap saja grogi.

Masalah grogi adalah masalah yang dialami oleh siapa saja yang sedang

belajar bicara di depan publik (selanjutnya saya sebut bicara). Keterampilan

ini adalah keterampilan proses, sebuah keterampilan yang tidak datang

seketika. Artinya, bila ingin mengusainya diperlukan banyak berlatih dan

berlatih.

Untuk mengupas masalah grogi dan cara mengatasinya saya akan menggunakan

dua pendekatan. Pendekatan pertama saya menggunakan pendekatan neurologis

yakni bagaimana pikiran kita mencerna "keberadaan publik" (audience); dan

pendekatan kedua adalah pendekatan praktis yakni bagaimana kiat-kiat praktis

menghadapi grogi.

Setidaknya, dua pendekatan itu sudah saya praktikkan dalam hidup saya. Saya

dulu yang pemalu luar biasa (bayangkan dulu saya tidak berani bilang "Kiri"

pada saat naik bus/angkutan umum. Takut/malu kalau banyak orang yang nengok

ke arah saya). Kini saya sudah terbiasa bicara di depan publik, bahkan

menjadi pembicara publik dan motivator yang dibayar.

Baik, selanjutnya saya jelaskan pendekatan pertama, kenapa secara neurologis

(syaraf otak) seseorang bisa menjadi grogi. Seseorang menjadi grogi atau

bahkan sebaliknya menjadi senang bila di depan pulik itu sangat tergantung

bagaimana syaraf otak merespon atau menanggapi sesuatu yang berada di luar,

yaitu --dalam hal ini-- audience (publik).

Perilaku (grogi, takut, senang dan lain-lain) merupakan hasil dari respon

pikiran kita. Kalau kita merespon/menanggapi sesuatu di luar adalah sesuatu

yang menakutkan, maka pikiran (syaraf) segera mengolahnya menjadi sebuah

ketakutan. Sebaliknya, kalau kita meresponnya sesuatu yang menyenangkan,

maka semua sel-sel dan jutaan syaraf segera mengolahnya menjadi hal yang

menyenangkan.

Lebih kongkritnya begini. Kalau Anda membayangkan jeruk nipis (sesuatu yang

berada di luar Anda) terasa kecut, maka syaraf otak segera membayangkannya

rasa kecut itu. Bahkan dengan hanya membayangkan saja air liur bisa keluar

sebagai respon terhadapnya.

Sebaliknya, kalau Anda membayang buah anggur yang segar, baru keluar dari

kulkas, syaraf otak segera membayangkannya buah manis yang menyegarkan.

Begitulah cara pikiran kita bekerja, atau meresponnya. Bila Anda

menanggapinya dengan negatif maka pikiran bekerja dengan cara negatif,

milyaran sel syaraf bekerja untuk memperkuat respon negatif Anda. Bila Anda

meresponnya dengan cara positif, maka seluruh jaringan syaraf bekerja sekuat

tenaga untuk memperkuat respon positif Anda.

Audience (publik) bukanlah buah jeruk nispis yang kecut atau buah anggur

yang manis menyegarkan. Audience adalah sesutau yang netral sifatnya.

"Manis" dan "kecut"-nya, arau "menakutkan" (yang membuat Anda grogi) atau

"menyenangkan" sangat tergantung bagaimana Anda meresponnya.

Ketika Anda meresponnya sebagai seuatu yang "menakutkan" syaraf otak segera

bekerja dengan cara yang negatif. Hasilnya mejadi negatif.

Syaraf otak segera bekerja untuk menemukan sejumlah alasan negatif untuk

meyakinkan bahwa audience itu "menakutkan".

Alasan-alasan yang ditemukan oleh pikiran negatif berupa: 1) audience

terlalu banyak dan banyak orang yang sudah pintar bicara, maka saya kurang

pede; 2) audience akan meneriaki "huuuuuuu..?" bila saya salah; 3) audience

akan mempergunjingkan saya bila saya salah;

4) saya akan malu bila apa yang saya sampaikan tidak menarik; 5) saya akan

malu bila saya salah dalam bicara nanti dan; 6) masih banyak alasan negatif

yang mengantarkan Anda menjadi semakin tidak percaya diri atau grogi.

Hasilnya, keringat dingin keluar, gemetar, bicara tidak lancar dan

salah-salah terus selama bicara. Pada saat seperti itu, pikiran sibuk

memikirkan audience yang "menakutkan"

ketimbang memimikirkan materi yang sedang di sampaikan.

Akan menjadi berbeda hasilnya bila Anda meresponnya secara positif.

Pikran Anda akan segera mencarikan sejumlah alasan positif yang menguatkan

Anda tampil lebih percaya diri.

Anda akan tampil lebih percaya diri bila memandang audience sebagai:

1) sekelompok manusia yang sedang memberikan kesempatan baik pada Anda untuk

bicara; 2) mereka tidak akan menghukum bila Anda keliru;

3) keliru dalam berlatih bicara adalah hal yang wajar yang dialami oleh

setiap orang; 4) mereka juga belum tentu memiliki keberanian untuk bicara;

5) kalau pun ia diberi kesempatan bicara ia pasti melakukan kesalahan

seperti Anda; 6) dalam sejarah belum ada audience yang "mencemooh" pembicara

bila dalam menyampaikannya secara santun dan; 7) ini adalah kesempatan

terbaik untuk berlatih bicara.

Dengan kata lain, audiene bukan menjadi beban pikiran selama Anda bicara.

Bila perlu Anda cuek-bebek (tapi sopan) selama bicara.

Ketika Anda telah mengusai audience dengan cara respon positif seperti

tersebut di atas, pikiran Anda tinggal fokus pada materi.

Perlu dicatat bahwa mengapa seorang pembicara grogi karena pikirannya selama

bicara sibuk memikirkan audiencenya yang dianggap "menakutkan". Menakutkan

atau tidaknya sangat tergantung bagaimana pikiran kita "menafsirkannya".

Bila menafsirkannya sebagai hal yang tidak menakutkan, maka pikiran akan

lancar, fokus pada topik, bicara pun lancar tanpa beban grogi.

Semua yang saya jelaskan di atas adalah mengunakan pendekatan neurologis.

Selanjutnya saya menggunakan pendekatan praktis dalam mengatasi grogi.

Sebelum saya memberikan tips bagaimana cara mengatsi grogi saat pidato perlu

saya ingatkan kembali bahwa keterampilan bicara

(pidato) adalah keterampilan proses. Tidak ada orang yang langsung menjadi

ahli bicara. Semuanya diawali dari, malu, gemetar dengan keringat dingin,

grogi dan sejuta rasa lainnya. Jangankan bagi yang belum pernah pengalaman,

seorang yang sudah pengalaman pun kadang- kadang masih dihinggapi rasa

kurang pede dan grogi. Jadi kalau menuggu sampai tidak ada rasa grogi,

dibutuhkan waktu dan jam terbang yang lama. Butuh proses.

Cara-cara berikut ini adalah cara praktis yang saya gunakan bagaimana

mengatasi grogi.

Pertama, tingkatkan rasa percaya diri (pede). Kalau kita pede, keberanian

meningkat, tetapi kalau belum apa-apa sudah takut dulu, rasa pede mengecil.

Akibatnya sudah grogi dulu sebelum bicara. Untuk bisa meningkatkan rasa

pede, coba sebelum Anda bicara, Anda membayang seorang tokoh pintar bicara

yang menjadi idola Anda.

Setelah membayangkan secara jelas, anggap saja dia merasuk dalam jiwa Anda

yang membantu Anda pada saat bicara. Anggap saja dia yang bicara, tapi bukan

Anda.

Kedua, berani bicara kapan dan dimana saja bila ada kesempatan tampil di

depan umum. Jangan takut salah dan takut ditertawakan, bicara dan bicaralah.

Kalau Anda tidak pernah mencobanya, maka tidak pernah punya pengalaman.

Jangan berpikir, benar-salah, bagus-tidak, mutu-tidak, selama bicara.

Pokoknya, Anda sedang uji nyali, berani atau tidak. Ketika Anda berani

mencobanya, berarti nyali Anda hebat.

Semakin sering Anda lakukan, semakin kuat nyalinya dan tidak takut lagi.

Pokoknya Anda harus berani malu.

Ketiga, mulailah dari kelompok kecil. Berlatihlah bicara pada

kelompok-kelompok kecil dulu seperti karang taruna, kelompok belajar,

pertemuan RT/RW. Bicaralah sebisanya dan jangan buang kesempatan. Yang

seperti ini sudah saya lakukan, saya mulai dari kelompok belajar, panitia

seminar, dan acara-acara pengajian. Lama- ama saya biasa. Ingat Anda bisa

karena biasa.

Keempat, tulis dulu sebagai persiapan. Sebelum bicara, alangkah baiknya

ditulis dulu topik dan urutan penyampaiannya. Sebab, tanpa ditulis dulu,

biasanya lupa saat bicara dan menjadikan materinya tidak runtut. Ada dua

cara dalam menulis, menulis lengkap kenudian tinggal membaca atau tulis

pokok-pokonya saja. Bila Anda menulis lengkap akan sangat membantu Anda

bicara, tetapi keburukannya membosankan. Apalagi intonasi bacanya jelek.

Yang baik adalah pokok- pokok saja, kemudian Anda menguraiakannya saat

bicara, tetapi keburukannya, Anda bisa lupa tentang datailnya.

Kelima, akan lebih baik kalau memiliki kebiasaan menulis. Menulis apa saja,

cerita, artikel, surat atau catatan harian. Catatan harian akan sangat

membantu. Kenapa menulis? Karena dengan menulis adalah cara efektif untuk

membuat sebuah "bangunan logika", sebuah bangunan yang masuk akal. Bila Anda

terbiasa menuliskan topik-topik yang masuk akal, maka akan membantu pada

saat bicara. Tinggal memanggil ulang saja.

Keenam, perbanyak membaca. Orang bicara atau menulis, tidak lepas dari

kegiatan membaca. Dengan banyak membaca menjadi banyak pengetetahuan yang

dapat dijadikan acuan pada saat bicara atau menulis. Kebuntuan dalam bicara

terjadi karena tidak saja grogi tetepi juga karena terbatasnya acuan

(informasi) yang dimilikinya.

Ketujuh, janganlah menjadi pendiam saat ada diskusi atau debat.

Bicaralah, jangan pikirkan Anda menang atau kalah dalam berdebat, tetapi

jadikannlah media debat menjadi media pembelajaran dalam mengasah

keterampilan bicara. Juga, biasakanlah berdsiskusi, jangan hanya menjadi

pendengar yang baik (diam saja) tapi Anda harus menjadi pembicara yang baik.

Kedelapan, rajin mengevaluasi diri sehabis bicara. Karena berbicara

merupakan keterampilan proses, maka sebaiknya rajin mengevaluasi diri setiap

saat sehabis bicara. Seringkali (pengalaman saya) saya merasa tidak puas

dengan hasil akhir bicara. Selalu ada saja kekurangannya, banyak topik yang

lupa tidak tersampaikan. Kekurangan ini harus menjadi catatan untuk tampil

lebih baik pada kesempatan mendatang.

Kesembilan, komitmen untuk terus berlatih. Tiada sukses tanpa latihan

terus menerus. Tiada juara tanpa banyak latihan. Tiada bicara tanpa grogi

bila hanya tampil (berlatih) satu atau dua kali saja. Bicaralah saat ada

kesempatan bicara, karena keterampilan berbicara hanya dapat diperoleh

dengan "berbicara" bukan dengan cara "belajar tentang". Satu ons praktik

bicara lebih baik dari pada satu ton teori berbicara. Selamat mencoba.